
Presiden republik Indonesia Joko Widodo resmi menunjuk Budi Gunadi Sadikin yang sebelumnya menjadi wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk bisa menggantikan terawan Agus Putranto sebagai Menteri Kesehatan. Budi ditunjuk pada hari Selasa (22/12) kemarin dan dilantik bersama dengan 5 menteri baru yang lainnya hari ini di Istana Negara, Jakarta Pusat, oleh Presiden Jokowi.
Budi Dengan Pro Kontra Latar Belakangnya
Seperti yang kita ketahui setelah Presiden Joko Widodo menggumumkan bahwa Budi Gunadi Sadikin bakal menjadi Menteri Kesehatan menggantikan terawan Agus Putranto, media sosial digegerkan dengan pro dan kontra tentang latar belakangnya. Budi sendiri akan jadi Menkes pertama di Indonesia yang tidak mempunyai latar belakang baik profesi maupun akademik di bidang kesehatan. Jebolan dari fisika nuklir ITB ini pasalnya lebih banyak dikenal dengan rekam jejak nya di sektor perekonomian.
Posisi dari Menteri Kesehatan ketika dipegang oleh perawan memang sudah jadi sorotan sejak lama bahkan sebelum adanya virus Corona melanda dunia di awal tahun ini. Saat itu therawan sering sekali jadi sasaran kritik masyarakat karena dirinya dianggap tidak mampu untuk cekatan dalam menangani pandemi covid 19. Dan itulah yang jadi pekerjaan rumah dari Budi Gunadi nantinya.
PR Budi Gunadi Tangani Pandemi Di Tanah Air
Di bawah ini adalah beberapa tugas s7slot yang sudah menanti Budi Gunadi sebagai Menteri Kesehatan menggantikan terawan Agus Putranto.
- Ambruknya fasilitas kesehatan
Kondisi keterisian tempat tidur ataupun Bed Occupancy Rate (BOC) rawat inap dan juga intensive care unit (ICU) pada sejumlah rumah sakit rujukan pasien terinfeksi Virus Corona di sejumlah kota atau Kabupaten Tanah Air pasalnya menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan jelang akhir tahun 2020 ini. Seiring dengan melonjaknya pasien virus Corona yang dirawat, rata-rata kapasitas dari keterpakaian tempat tidur rumah sakit sekarang ini sudah jauh melebihi anjuran keterisian tempat tidur yang mana dikeluarkan oleh badan kesehatan dunia (WHO), yaitu sebesar 60%.
Beberapa daerah yang keterisian rumah sakit rujukan covid nya menipis dalam sepekan terakhir ini di antara lain adalah kota Malang ( 85%), Kabupaten Bogor ( 91%), DKI Jakarta ( 85%), Kota Bogor ( 90%), dan Kota Tangerang Selatan ( 86%). Kondisi perkembangan virus Corona di Jakarta bahkan juga membuat rumah sakit darurat Wisma Atlet tidak lagi bisa menampung pasien tanpa gejala ataupun OTG. Hal ini dikarenakan keterisian di 3 tawar utamanya untuk pasien memiliki gejala-gejala juga sedang sudah mencapai 75%.
- Kesemrawutan data covid 19 pusat dan daerah
Dalam kurun waktu 10 bulan ini penyelarasan data perkembangan virus Corona di daerah dan juga pusat masih saja menemui permasalahan. Kementerian Kesehatan sampai sekarang ini belum dapat menyajikan data real time-nya. Dan Apa yang dimaksud adalah proses publikasi data harian cofid19 yang bisa bertambah secara langsung setiap jamnya saat ada penambahan kasus yang baru. Dan data tersebut nantinya bisa dipantau secara nasional.
- Tes Resiko covid19 yang ada di bawah target
Jumlah pemeriksaan mingguan resiko terinfeksi Virus Corona atau testing di Indonesia sendiri sekarang ini masih belum melampaui target dari badan kesehatan dunia. Dalam hal pada pemeriksaannya Who sendiri menetapkan standar pemeriksaan 1 orang setiap 1000 penduduk per Minggunya. Asumsinya Indonesia mempunyai 267 juta penduduk maka harga pemeriksaan semestinya mencapai 267000 orang Per Minggunya. Akan tetapi berdasarkan data yang dilansir dari siang Indonesia dalam sepekan terakhir yaitu dari tanggal 14-20 Desember 2020, total dari pemeriksaan yang sudah berhasil dilakukan pada warga selama 1 pekan terakhir ini hanya 257543 orang saja.